Monday

Minyak Atsiri Komoditas Export Masa Depan

Berbicara masalah komoditi ekspor nonmigas, minyak atsiri dari nilam merupakan salah satu andalan. Bahkan negeri kita tercatat sebagai pengekspor minyak nilam terbesar di dunia. Meski populer di pasar internasional, anehnya minyak atsiri nilam kurang akrab di telinga kita. Apalagi masih sedikit yang mengenal sosok tanaman nilam dengan baik. Padahal ini peluang bisnis di masa depan. Nilam merupakan salah satu dari 150 – 200 spesies tanaman penghasil minyak atsiri. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 40 – 50 jenis, tetapi baru sekitar 15 spesies yang diusahakan secara komersial.

Tanaman nilam mempunyai julukan keren Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth, alias Pogostemon mentha. Aslinya dari Filipina, tapi sudah dikembangkan juga di Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brasil, dan Indonesia. Gara-gara banyak ditanam di Aceh, lantas juga dijuluki nilam aceh. Varietas ini banyak dibudidayakan secara komersial.

Sampai saat ini Daerah Istimewa Aceh, terutama Aceh Selatan dan Tenggara, masih menjadi sentra tanaman nilam terluas di Indonesia (Ditjen Perkebunan, 1997). Disusul Sumatra Utara (Nias, Tapanuli Selatan), Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah (Banyumas, Banjarnegara), dan Jawa Timur (Tulungagung). Umumnya, masih didominasi perkebunan rakyat berskala kecil. Potensi daerah inilah yang nantinya dapat dijadikan peluang bisnis yang menjanjikan. Karena permintaan minyak atsiri diberbagai pasar luar negeri cukup banyak. Kontribusi ekspor minyak atsiri relatif kecil terhadap nilai devisa total Indonesia. Namun, ternyata terjadi kenaikan permintaan setiap tahun. Bahkan peningkatannya cukup tajam. Sehingga peluang usaha minyak atsiri dalam hal pengembangan industrinya  sangatlah terbuka lebar.

Varietas lainnya, Pogostemon heyneanus, berasal dari India. Juga disebut nilam jawa atau nilam hutan karena banyak tumbuh di hutan di Pulau Jawa. Ada lagi Pogostemon hortensis, atau nilam sabun (minyak atsirinya bisa untuk mencuci pakaian). Banyak terdapat di daerah Banten, Jawa Barat, sosok tanamannya menyerupai nilam jawa, tapi tidak berbunga.

Minyak atsiri (atau asiri) juga disebut minyak eteris atau minyak terbang (essensial oil atau volatile). Dinamai demikian karena mudah terbang (menguap) pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi. Aroma minyak atsiri umumnya khas, sesuai jenis tanamannya. Bersifat mudah larut dalam pelarut organik, tapi tidak larut air.

Sumber: www.bisnisukm.com


Sunday

Adas Potensial sebagai Tanaman Obat

Tanaman Adas (Foeniculum vul-gare Mill.) adalah tanaman herba tahunan dari familii Umbelliferae dan genus Foeniculum. Tanaman ini berasal dari Eropa Selatan dan daerah Mediterania, yang ke-mudian menyebar cukup luas di berbagai negara seperti Cina, Meksiko, India, Itali, Indian, dan termasuk negara Indonesia. Genus Foeniculum mempunyai tiga spesies yaitu F. vulgare (adas), F. azoricum (adas bunga di-gunakan sebagai sayuran) dan F. dulce (adas manis digunakan juga sebagai sayuran). F. vulgare mempunyai sub spesies yaitu F. fulgare var. dulce dan F. vulgare var. vulgare. Di Indonesia dikenal dua jenis adas yang termasuk ke dalam famili Umbelliferae, yaitu adas (F. vulgare Mill.) dan adas sowa (Anetum graveolens Linn.) Kedua jenis ini telah banyak dibudidayakan di Indonesia, ter-utama adas (F. vulgare Mill.) Sedangkan A. graveolens Linn lebih banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah dan daunnya dimakan sebagai lalap, selain sebagai bumbu masak, tanaman adas mempunyai banyak kegunaan mulai dari akar, daun, batang dan bijinya. Daun adas digunakan sebagai di-uretik (pelancar air seni) dan me-macu pengeluaran keringat. Akar-nya berkhasiat sebagai obat batuk, pencuci perut dan sakit perut se-habis melahirkan. Tanaman muda digunakan juga sebagai obat gang-guan saluran pernapasan dan dari ekstrak buah adas dapat digunakan untuk mengobati mulas.

Mengingat kegunaannya sebagai tanaman obat, maka tanaman adas merupakan salah satu tanaman yang mempunyai peranan penting dalam industri obat tradisional di Indone-sia. Hal ini dapat dilihat dari laju permintaan dalam negeri terhadap simplisia adas yang terus mening-kat. Pada tahun 1984 pemakai- an adas sebesar 10.498 ton/tahun, pada tahun 1993 meningkat menjadi 321.520 ton/tahun. Laju permintaan yang tinggi ini tidak diimbangi dengan budidaya secara intensif se-hingga negara Indonesia mengimpor adas pada tahun 2000 sebesar 3.000 ton dari negara India, Mesir dan Iran, karena produksi lokal hanya berkisar 300 ton/tahun.

Melihat kegunaannya yang beragam dan kebutuhan dalam negeri yang belum terpenuhi maka tanaman ini cukup potensi untuk dikembangkan. Untuk mendukung pengembangan tanaman adas perlu di-ketahui informasi tentang tanaman adas mulai dari kegunaan, syarat tumbuh, penanganan benih dan teknik budidayanya.

Deskripsi Tanaman Adas
Tanaman dicirikan dengan ben-tuk herba tahunan, tingga tanaman dapat mencapai 1 – 2 m dengan percabangan yang banyak, batang beralur. Daun berbagi menyirip, berbentuk bulat telur sampai segi tiga dengan panjang 3 dm, bunga ber-warna kuning membentuk kumpulan payung yang besar. Dalam satu payung besar terdapat 15 – 40 payung kecil, dengan panjang tangkai payung 1 – 6 cm. Bunga ber-bentuk oblong dengan panjang 3,5 – 4 mm. Dalam masing-masing biji terdapat tabung minyak yang letak-nya berselang-seling. Pada waktu muda biji adas bewarna hijau ke-mudian kuning kehijauan, dan ku-ning kecokelatan pada saat panen.

Kandungan bahan aktif
Kandungan atsiri adas bervariasi antara 0,6 – 6%. Buah yang terletak di tengah-tengah payung umumnya mengandung minyak atsiri yang lebih tinggi dan baunya lebih tajam dibandingkan dengan buah yang terletak di bagian lain. Iklim dan waktu panen sangat menentukan kandungan minyak atsiri.
Minyak atsiri yang paling utama dari varietas dulce mengandung anethol (50 – 80%), limonene (5%), fenchone (5%), estragol (methyl-chavicol), safrol, alpha-pinene (0,5%), camphene, beta-pinene, beta-myrcene dan p-cymen. Sebalik-nya varietas vulgare tidak dibudi-dayakan, kadang-kadang mengandung lebih banyak minyak atsiri, tetapi karena dicirikan oleh fen-chone yang pahit (12 – 22%) sehing-ga harganya lebih murah dari varietas dulce.

Kegunaan sebagai bumbu dapur
Biji dan minyak yang sudah di-destilasi dapat digunakan sebagai flavor (aroma) dalam industri makanan seperti bumbu daging, sayur-an, ikan, saus, sop, salad dan lain-lain. Biji yang sudah dihancurkan dapat juga digunakan sebagai bumbu salad (mayonnaise, kue yang manis). Tepung adas digunakan juga untuk bumbu kari, daun yang muda dapat dimakan sebagai sayuran segar (lalap).

Kegunaan untuk obat dan industri lainnya
Sebagai tanaman obat adas dapat digunakan sebagai antispasmodik, karminatif, diuretik (pelancar air seni), ekspektoran (pengencer da-hak), laxative, stimulant (perang-sang), dan obat sakit perut. Dari sedikit akar yang direbus sebagai sayuran bisa digunakan untuk obat batuk (pelancar dahak). Adas juga digunakan sebagai obat untuk merangsang air susu ibu (pelancar ASI), sebagai obat kolik dan digunakan untuk memperbaiki rasa obat lainnya. Minyak esensial dan oleoresin adas dapat digunakan untuk aroma sabun, kream, parfum dan minuman beralkohol. Obat-obatan herbal Cina juga menggunakan adas sebagai obat gra-stroenteritis, hernia, gangguan pen-cernaan, gangguan abdomen, meng-hancurkan lendir dan merangsang produksi susu. Minyak esensial adas dilaporkan bisa menstimulasi per-baikan liver pada tikus putih dan juga sebagai antibakteri.

Untuk kesehatan wanita selain meningkatkan produksi ASI, adas juga dapat memperlancar haid, dan meningkatkan hormon estrogen se-hingga adas juga dapat memper-lambat menopause. Adas juga dapat digunakan sebagai terapi tradisional kanker prostat, dengan dosis 1 – 2 sendok teh adas yang telah dihancurkan kemudian direndam dalam secangkir air panas selama 10 menit, dan di-minum sebanyak 3 cangkir tiap hari.

Adas sebaiknya jangan diberikan pada penderita alergi terhadap wor-tel, selederi, penderita epilepsi dan anak di bawah umur. Adas aman digunakan sebagai obat dalam jang-ka waktu yang tidak lama. Pemakai-an jangka lama dalam jumlah yang banyak akan memberikan efek samping di antaranya, kulit menjadi sensitif terhadap cahaya matahari, di mana kulit menjadi gelap dan sakit terbakar matahari. Sehingga selama pemakaian adas sebaiknya memakai proteksi (sunblock) apabila keluar ruangan.

Persyaratan tumbuh
Tanaman adas dapat tumbuh dari dataran rendah sampai dataran tinggi (10 – 1.800 m dari pemukaan laut). Di pulau Jawa adas ditanam pada daerah dengan ketinggian 1.600 – 2.400 m dpl. Adas memerlukan cuaca sejuk dan cerah (150C – 200C) untuk menunjang pertumbuhannya, dengan curah hujan sekitar 2500 mm/tahun. Adas banyak ditemukan di tepi sungai, danau atau tanggul daerah pembuangan. Adas merupa-kan tanaman khas di palung sungai. Adas akan tumbuh baik pada tanah berlempung, tanah yang cukup subur dan berdrainase baik, berpasir atau liat berpasir dan berkapur dengan pH 6,5 – 8,0.

Bahan Tanaman
Tanaman adas diperbanyak se-cara generatif (benih). Benih di-panen dari buah yang sudah masak dengan kriteria berwarna hijau terang (masak fisiologis). Tanaman dari famili Umbelliferrae seperti ke-tumbar, adas biasanya mempunyai daya berkecambah yang rendah (di bawah 70%). Untuk meningkatkan persentase berkecambah diperlukan perlakuan (treatment) terhadap benih sebelum ditanam di antaranya pe-rendaman dalam air selama 24 jam, perendaman dalam larutan PEG dan KNO3. Kebutuhan bibit/ha adalah sebanyak 0.5 – 1 kg (disemaikan terlebih dahulu) dan 4 – 6 kg apabila ditanam langsung di lapang.

Budidaya
Pengolahan lahan dimulai dari pembersihan lahan dari gulma, pen-cangkulan dan penggarpuan yang dilanjutkan dengan pembuangan sisa-sisa akar tanaman lain. Selanjut-nya dilakukan pembuatan lubang ta-nam dengan jarak tanam yang biasa digunakan yaitu (0,5 – 1) x 1 m. Lubang tanam yang telah disiapkan kemudian diisi dengan pupuk kan-dang sebanyak lebih kurang 100 g/lubang.
Penanaman dilakukan pada permulaan musim hujan, dimana setiap lubang tanam ditanam 1 bibit. Adas selain dibudidayakan secara monokultur juga dapat ditanam di lahan-lahan terbuka yang belum dimanfaatkan, di pematang kebun atau di pinggir jalan (tumpang sari dengan tanaman lain). Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan gulma, pemupukan ulang dan pem-berantasan hama dan penyakit.
Tanaman adas sangat respon ter-hadap pemupukan N, P dan K. Untuk mendapatkan hasil panen se-besar 113 kg/ha di India membutuh-kan 27 kg N, 5 kg P dan 17,5 kg K/ha. Sedangkan di Indonesia untuk mendapatkan hasil panen basah se-besar 900 g/tanaman dibutuhkan 56,68 kg N, 11,73 kg P dan 30 kg CaO/ha.

Tanaman adas juga sangat respon dengan irigasi. Pemberian irigasi diperhitungkan dengan stadia per-tumbuhan tanaman, pengairan di-berikan apabila eoeporimeter menunjukkan defisit 30 – 40 mm. Irigasi yang teratur akan meningkatkan hasil dan mutu buah, interval pemberian tergantung pada tipe tanah dan kultivarnya.

Panen dan pasca panen
Tanaman adas mulai dipanen pada umur 8 bulan setelah tanam yang ditandai dengan warna buah hijau keabu-abuan sampai ke-hitaman dan cukup keras apabila dipijit. Buah adas matangnya tidak serempak, sehingga panennya membutuhkan waktu yang cukup lama (4 bulan) dengan 15 kali pemetikan dalam interval waktu 1 – 2 minggu. Pemanen dilakukan dengan cara memetik karangan buah yang telah masak, buah yang masih muda di-tinggalkan untuk periode panen berikutnya. Buah hasil panen dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar air mencapai 12 – 14%. Buah yang telah dikeringkan kemudian di-bersihkan dari kotoran tanaman. Pengemasan dilakukan dalam kan-tong-kantong plastik yang bersih dan disimpan dalam gudang.
Perubahan komposisi kimia minyak adas yang disebabkan oleh perlakuan penyimpanan dengan ana-lisis GCMS (Gas Chromatography Mass Spectrometri), pada minyak adas yang telah disimpan selama 3 bulan menunjukkan bahwa kom-ponen utamanya yaitu trans-anethol mengalami oksidasi dan reduksi menjadi p-anisaldehid, anis keton dan senyawa benzil metilketon. Perubahan komposisi kimia minyak adas tersebut diperkirakan karena pengaruh cahaya dan oksigen yang terdapat di udara. Wadah simpan yang digunakan untuk menyimpan minyak adas tersebut adalah botol yang bening (transparan), yang se-baiknya digunakan botol yang gelap.

Analisis Ekonomi
Pada tahun 1993 adas menduduki urutan ke 7 dalam urutan 50 besar simplisia yang banyak digunakan oleh industri obat tradisional. Di Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa adas dapat memberikan kon-tribusi terhadap pendapatan ke-luarga petani sebesar 14,92% .Faktor produksi yang nyata hubungannya dengan produksi adas adalah penggunaan bibit dan pupuk kandang secara parsial. Untuk pe-nambahan 1% bibit produksi akan turun sebesar 5,71%. Akan tetapi penambahan pupuk kandang sebesar 1% akan meningkatkan produksi sebesar 5,77%. Pada biaya panen tahun pertama, biaya usaha terbesar yang dikeluar-kan oleh petani untuk usaha tani adas adalah untuk tenaga kerja mencapai 16,35% dari biaya usaha tani, menyusul biaya pupuk kandang yaitu 6,25%, sedangkan nilai biaya produksi total hanya 25,41% dari pendapatan kotor. Petani mendapat-kan kompensasi pengelolaan yang cukup besar yaitu 74,59% dari pendapan kotor. Perhitungan analisa usaha tani adas pada tahun 2000 dengan luas lahan 1 ha dan produksi 800 kg, harga jual Rp 9.000/kg keuntungan yang diterima sekitar Rp 4.072.000. Dengan pendapatan tersebut petani dianggap menggunakan lahan sen-diri tanpa pengeluaran biaya untuk sewa lahan.

Sumber : Devi Rusmin dan Melati, Warta Puslitbangbun Vol.13 No. 2, Agustus 2007/Minyak Atsiri Indonesia

Peluang Usaha dari Minyak Cengkeh

Minyak atsiri memiliki manfaat selain sebagai pengharum dan pemberi cita rasa makanan, juga sebagai antibakteri dan antifungi. Salah satu tanaman yang mengandung minyak atsiri dan banyak dimanfaatkan di masyarakat adalah cengkeh dan bunga Kenanga. Dimana kadar minyak atsiri pada cengkeh lebih tinggi daripada kadar minyak atsiri bunga Kenanga.

Minyak daun cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang cukup banyak dihasilkan di Indonesia dengan cara penyulingan air dan uap. Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning-kuningan, mempunyai rasa yang pedas, keras, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya akan berubah menjadi coklat atau berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi atau akibat penyimpanan.

Dalam perdagangan internasional, minyak cengkeh dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan sumbernya, yaitu minyak daun cengkeh (clove leaf oil), minyak tangkai cengkeh (clove stem oil), minyak bunga cengkeh (clove bud oil). Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm.

Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong ke dalam keluarga tanaman Myrtaceae pada ordo Myrtales. Sampai saat ini, sebagian besar kebutuhan cengkeh dunia (80%) masih dipasok oleh Indonesia, disusul oleh Madagaskar dan Tanzania.

Cengkeh digunakan sebagai bahan campuran rokok kretek, dan juga penyedap masakan . Aroma cengkeh yang khas dihasilkan oleh senyawa eugenol, yang merupakan senyawa utama (72-90%) penyusun minyak atsiri cengkeh. Eugenol memiliki sifat antiseptik dan anestetik (bius). Selain eugenol, minyak atsiri cengkeh juga mengandung senyawa asetil eugenol, beta-caryophyllene, dan vanilin. Terdapat pula kandungan tanin, asam galotanat, metil salisilat (suatu zat penghilang nyeri), asam krategolat, beragam senyawa flavonoid (yaitu eugenin, kaemferol, rhamnetin, dan eugenitin), berbagai senyawa triterpenoid (yaitu asam oleanolat, stigmasterol, dan kampesterol), serta mengandung berbagai senyawa seskuiterpen.

Minyak atsiri cengkeh dimanfaatkan untuk mengobati rasa nyeri pada gigi. Cengkeh memiliki sifat mampu meningkatkan produksi asam lambung, menggiatkan gerakan peristaltik saluran pencernaan, juga dikatakan sebagai obat cacing alami.
Hal ini bisa anda manfaatkan sebagai peluang usaha untuk berwirausaha sendiri, melalui pengembangan industri minyak atsiri cengkeh. Karena dengan melihat banyaknya manfaat minyak cengkeh yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Data: Taken from www.hasilalam.com

Friday

Prospek Tanaman Kenanga & Ylang ylang

Indonesia (Jawa) pernah dikenal sebagai satu-satunya penghasil minyak kenanga (Cananga Oil) di dunia. Peran tersebut sampai saat ini masih belum tergantikan. Di luar Indonesia penghasil minyak kenanga hanyalah Fiji, meskipun volumenya relatif kecil. Sementara Indonesia sendiri sebagai "jawara" kenanga telah mengalami kemerosotan yang luarbiasa. Sentra-sentra penghasil kenanga di negeri kita seperti Pandeglang (Banten), Cirebon, Majalengka dan Kuningan (Jabar), sekarang telah berhenti berproduksi. Sebab pohon-pohon kenanga di empat kabupaten tersebut telah habis ditebang. Yang masih tersisa sedikit tinggal di Boyolali (Jateng) dan Blitar (Jatim). Namun di dua tempat ini, penebangan kenanga terus berlangsung, sementara penanaman baru hampir tidak pernah ada. Di Cirebon, Kuningan dan Majalengka memang pernah ada upaya penghijauan dengan tanaman kenanga. Namun hasilnya juga kurang menggembirakan. Demikian pula halnya dengan di Boyolali. Di sini, bibit (benih) kenanga telah diproduksi dan dipasarkan. Tetapi minat masyarakat termasuk PT Perhutani (Persero) untuk mengembangkannya sebagai tanaman penghijauan dan reboisasi sangat rendah.

Nasib serupa juga terjadi pada komoditas ylang-ylang atau kenanga Filipina. Dulu negeri ini dikenal sebagai penghasil minyak ylang-ylang (Ylang-Ylang Oil) satu-satunya di dunia. Tetapi Perang Dunia I telah mengakibatkan hancurnya kebun ylang-ylang di negeri tersebut. Setelah Perang Dunia II, hanya tinggal tersisa satu kebun ylang-ylang yang melanjutkan "tradisi" bisnis komoditas ini. Namun nasib ylang-ylang masih lebih baik dari kenanga. Sebab pada tahun 1770, benih ylang-ylang sempat diselundupkan ke pulau Reunion di lepas pantai timur Madagaskar, Afrika. Sampai dengan "krisis ekonomi dunia" tahun 1930an, perkembangan penanaman ylang-ylang tidak menunjukkan grafik naik yang tajam. Awal ahun 1900an, ylang-ylang juga dimasukkan ke kepulauan Comoro di lepas pantai barat laut Madagaskar dan juga di bagian utara pulau Madagaskar sendiri, yakni di Nosy Bé. Selain itu ylang-ylang juga telah dicoba untuk dikembangkan di provinsi Guang Dong di China bagian tenggara. Dan terakhir, ylang-ylang juga telah dikembangkan seluas 600 hektar di kab. Lebak, prov. Banten. Saat ini kebun ylang-ylang yang dikelola oleh PT Perhutani dan Pemkab. Lebak itu telah mulai berproduksi.

Kenanga merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara yang penyebarannya sampai ke Cina bagian selatan dan Australia bagian Utara. Ada dua spesies tanaman keluarga sirsak-sirsakan (Annonaceae) ini, yakni Cananga latifolia dan Cananga odorata. Cananga odorata sendiri terdiri dari satu varietas (Cananga odorata var. fruticosa) dan dua forma (Cananga odorata forma genuina dan Cananga odorata forma macrophylla). Forma macrophylla adalah grup kenanga kita, sementara forma genuina adalah kelompok ylang-ylang Filipina. Perbedaan utama kenanga dan ylang-ylang adalah, kenanga akan tumbuh berupa pohon besar dengan ketinggian mencapai 30 meter dengan diameter batang sampai 1 m. Sementara ylang-ylang hanya akan berupa perdu setinggi 15 meter dengan diameter batang sekitar 40 cm. Kenanga merupakan penghasil kayu berkualitas baik, terutama untuk bahan sound sistem (perangkat kedap suara). Selain tetap sebagai penghasil bunga untuk bahan cananga oil. Sementara ylang-ylang hanya diharapkan sebagai penghasil bunga untuk industri ylang-ylang oil. Hingga ada pameo, kalau kita menanam kenanga, jangan diharapkan hasil bunganya. Anggap saja kita menanam kayu, tetapi sebelum kayu itu bisa ditebang akan menghasilkan bunga.

Hasil bunga kenanga, jauh lebih tinggi dibanding dengan ylang-ylang. Kalau kenanga per pohon mampu menghasilkan bunga sampai 200 kg. per tahun, maka ylang-ylang hanya sekitar 50 kg. Tetapi tingkat kewangian bunga ylang-ylang lebih tinggi. Hal ini ditandai dengan indeks bias minyak ylang-ylang yang mencapai 150 sementara indeks bias minyak kenanga di bawah 50. Hingga harga minyak kenanga juga kalah dibanding dengan ylang-ylang. Saat ini harga minyak kenanga hanya berkisar antara Rp 200.000,- sampai Rp 250.000,- per kg. Sementara minyak ylang-ylang mencapai Rp 400.000,- sampai Rp 500.000,- per kg. atau duakali lipatnya. Proses pembuatan minyak kenanga dan ylang-ylang sangat sederhana, yakni dengan teknik destilasi (penyulingan) biasa menggunakan ketel stainless steel. Aspek agroindustri serta perdagangan (peluang pasar), dari minyak kenanga maupun ylang-ylang sebenarnya hampir tidak ada masalah. Yang menjadi kendala hanyalah faktor on farmnya. Kalau ada yang mau menanam kenanga atau ylang-ylang, proses agroindustrinya pasti akan lancar dan produk minyaknya akan diserap pasar dengan mudah dan cepat. Kalau sampai sekarang belum ada yang berani mencoba membudidayakan kenanga secara lebih serius, penyebabnya hanyalah faktor minimnya informasi.

Baik kenanga maupun ylang-ylang akan tumbuh baik di kawasan dengan ketinggian antara 0 m. sampai dengan 700 m. dpl. Namun pertumbuhan optimal akan diperoleh pada ketinggian antara 400 sd. 600 m. dpl. Dua komoditas ini juga menghendaki iklim yang sangat basah, yakni curah hujan antara 2.300 sd. 3.000 mm. per tahun. Hingga kawasan-kawasan seperti Banten, sekitar gunung Ceremai. Boyolali (lereng Merbabu dan Merapi) dan Blitar (lereng gunung Kelud dan Butak), dulu dikenal sebagai kawasan tanaman kenanga. Daerah-daerah kering seperti Serang, Rembang, Tuban, Gresik, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo serta NTB, NTT dan Sultra pada umumnya, kurang cocok untuk pengembangan budidaya kenanga maupun ylang-ylang. Kawasan Sumatera dan Kalimantan relatif cukup berpotensi untuk pengembangan komoditas ini. Kenanga dan ylang-ylang menghendaki lahan subur yang kaya bahan organik dengan lapisan top soil (solum) dalam (antara 3 sd. 5 m). Dua tanaman ini hampir tidak memerlukan perlakuan yang instimewa dalam hal budidayanya. Hama yang paling berbahaya hanyalah ulat bulu yang akan menurunkan produktifitas, namun tidak akan sampai merusak atau mematikan tanaman.

Kenanga harus ditanam dengan jarak agak jarang, yakni 10 X 10 m, atau 8 X 12 m, hingga populasi tanaman per hektar sekitar 100 pohon. Namun pada tahun pertama, kenanga bisa ditanam dengan jarak lebih rapat. Misalnya 3 X 3 m, atau 3 X 4 m, baru pada tahun-tahun berikutnya dilakukan penjarangan. Apabila penanaman pada tahun pertama sudah menggunakan jarak 10 X 10 m. atau 8 X 12 m, maka lahan tersebut bisa digunakan untuk budidaya tanaman semusim. Biasanya yang ditanam jagung, padi ladang, kacang tanah atau tanaman pangan lainnya, asalkan bukan singkong. Sebab singkong akan menguras hara tanah, hingga kenanga sebagai tanaman pokoknya, akan kalah dalam memperebutkan unsur hara serta sinar matahari. Beda dengan kenanga, jarak tanam ylang-ylang bisa lebih rapat. Misalnya 4 X 6 m, hingga populasi tanaman per hektar mencapai 400 pohon. Kenanga akan mulai berbunga pada umur antara 6 sampai dengan 10 tahun atau rata-rata pada umur 8 tahun. Sementara ylang-ylang akan berproduksi lebih cepat yakni antara umur 4 sampai dengan 6 tahun atau rata-rata pada umur 5 tahun. Kalau pada penanaman ylang-ylang hasil yang diharapkan hanyalah bunganya, maka pada kenanga, hasil utamanya berupa kayu. Bunga merupakan produk sampingan sambil menunggu panen kayu pada saat tanaman berumur 20 atau 30 tahun nanti.

Saat ini bibit kenanga maupun ylang-ylang sudah diproduksi. Di kab. Boyolali, para petani sudah mulai menyemai kenanga (dari biji) dalam polybag kecil dan dipasarkan dengan harga Rp 1.500,- sampai dengan Rp 2.000,- per tanaman setinggi ± 30 cm. pranko di tempat. Sementara bibit ylang-ylang bisa dipesan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), di Cimanggu, Bogor; serta di PT Perhutani, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Malingping, Kab. Lebak, Banten. Harga bibit ylang-ylang dalam polybag kecil setinggi 30 cm, sekitar Rp 3.000,- sd. Rp 4.000,- per tanaman. Sementara bibit yang lebih tinggi (sekitar 1 sd. 1,5 m. bisa berharga antara Rp 5.000.- sd. Rp 10.000,- juga pranko setempat. Karena kebutuhan benih kenanga per hektar sekitar 100 pohon maka biaya benih plus ongkos angkut diperkirakan antara Rp 200.000,- sd. Rp 250.000,- per hektar. Benih ylang-ylang sekitar Rp 1.400.000,- sd. Rp 1.800.000,- per hektar, termasuk biaya angkut. Benih tersebut sebaiknya tidak langsung ditanam melainkan disemai dulu di sekitar lokasi yang akan dihijaukan. Penanaman yang akan dilakukan di luar Jawa (misalnya di Minahasa) sebaiknya bekerjasama dengan Balittro atau PT Perhutani, agar penyemaian dilakukan langsung di lokasi penanaman. Sebab ongkos angkut benih melalui kapal laut maupun pesawat terbang, jauh lebih tinggi dibanding melakukan penyemaian di tempat.

Penanaman kenanga maupun ylang-ylang sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan. Di Jawa, waktunya sekitar bulan Oktober atau November. Pola penanaman kenanga maupun ylang-ylang sebaiknya menggunakan model penghijauan atau reboisasi. PT Perhutani yang telah mencoba mengembangkan ylang-ylang, memiliki strategi ekonomis maupun ekologis bahkan juga sosial yang cukup gemilang. Sebab dengan menanam ylang-ylang atau kenanga, lahan hutan tersebut akan dapat diamankan secara ekologis. Namun rakyat yang tinggal di sekitar hutan akan memperoleh dampak ekonomis sebagai tenaga pemanen ylang-ylang atau kenanga. Dengan biaya panen Rp 2.500,- per kg, dengan hasil panen per hari per orang antara 10 sd. 25 kg, maka pendapatan tenaga pemanen ini berkisar antara Rp 25.000,- sampai dengan Rp 50.000,- Periode panen kenanga maupun ylang-ylang selang tiap 3 bulan. Hingga dalam setahun bisa dilakukan pemanenan sebanyak 4 periode dengan satu periode merupakan panen raya. Melihat potensi bisnisnya, kenanga maupun ylang-ylang merupakan dua komoditas yang strategis dan mendesak untuk dikembangkan dalam rangka pemulihan ekonomi bangsa.

Data: Taken from Foragri

Wednesday

Bunga Kenanga (Cananga odorata), Bunga Wangi yang Penuh Mitos

Tidak banyak yang mengetahui tanaman bunga Kenanga juga terkenal dengan nama Bunga Setaman (asli Indonesia) atau Ylang-ylang untuk jenis Kenanga dari Philipina. Walau cukup mudah ditemukan di lingkungan sekitar kita, tahukah kita jika tanaman ini mempunyai banyak manfaat yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Kehadirannya sebagai tanaman semak atau pohon kecil, bunga kenanga banyak dimanfaatkan langsung setelah dipetik. Warnanya yang kuning cerah saat bunga berkembang cukup umur, memberikan kesan segar di taman yang hijau.

Tanaman yang termasuk famili Annonaceae ini, mempunyai dua jenis utama yaitu Cananga odorata forma macrophylla, yang dikenal sebagai Kenanga asli Indonesia dan Cananga odorata forma genuina atau Kenanga asli Filipina. Sedangkan nama local di tiap daerah berbeda, Kenanga, Wangsa (Jawa); Kananga (Sunda), Sandat kananga, Sadat wangsa (Bali); Selanga (Aceh), Sandat (Sasak), Ngana-ngana (Nias); Lalangiran, Amok, Wungurer, Pum-pum, Luit (Minahasa); Kananga (Bugis); Sapalin, Kupa apale, Sukalone, Kupa aitetui, Kupa aiouno, Sipaniune (Maluku), Kupaleuo (Seram), Sapalen, Walotol (Ulias), Kumbang (Buru) dan Kananga wangi (Ambon).

Ciri khas dari bunga ini adalah termasuk jenis bunga yang menggantung dengan aromanya yang harum dan segar. Untuk jenis Kenanga local, pohon dapat tumbuh hingga tinggi lebih dari lima meter, tetapi untuk jenis Ylang-ylang, ukuran tanaman dewasa tidak setinggi jenis local. Walaupun bentuknya termasuk jenis pohon berukuran kecil hingga sedang, jika tanaman ini ditanam di dalam pot, juga dapat menjadi hiasan di pinggir sudut teras yang semi teduh.

Untuk perawatannya pun tidak sulit. Sama seperti jenis tanaman bunga lainnya, tanaman ini memerlukan aliran udara yang baik, sinar matahari dan keperluan pupuk yang cukup. Sesekali dilakukan pemangkasan untuk merangsang pembungaan dan mengatur pertumbuhan cabangnya. Untuk perbanyakannya, dapat dilakukan cara stek batang atau cangkok.

Dari Mitos, Tradisi, hingga Terapi Kesehatan
Sebagai mitos, dalam kebudayaan Jawa, kehadiran bunga Kenanga di dalam taman dapat menjadi penangkal ilmu hitam, guna-guna dan sejenisnya untuk melindungi rumah beserta isinya. Ada juga yang mempercayai bawah dengan menanam pohon ini di taman, akan enteng jodoh bagi anggota keluarga yang belum berkeluarga.
Di Indonesia, banyak acara adat atau perawatan tubuh dengan menggunakan berbagai jenis bunga termasuk bunga Kenanga ini. Misalnya saja untuk acara penikahan, selain bunga melati, bunga kenanga juga turut serta dalam menghias dan menambahkan aroma wangi yang khas di sepanjang acara ataupun menghiasi sebuah ruangan. Untuk perawatan tubuh, bunga ini digunakan sebagai pewangi pada rambut dan seluruh tubuh dengan sari minyak bunganya.
Untuk fungsi sebagai tanaman herbal, Kenanga juga tidak kalah bermanfaatnya. Kandungan kimia yang ada pada bagian bunga dan kulitnya ini dapat berfungsi sebagai obat penyembuh bagi penyakit malaria, asma/sesak nafas, bronchitis dan minuman menyehatkan (jamu) saat setelah melahirkan. Caranya dapat dengan menyeduh bunga yang sudah dikeringkan atau direbus beserta beberapa jenis bahan lainnya, lalu kemudian diminum dalam jangka waktu tertentu. 

Bahasa Bunga, Massage Oil dan Aromaterapi
Bunga Kenanga memiliki enam lembar daun mahkota yang berbentuk lanset, ketika muda bunga berwarna hijau dan setelah tua berwarna kuning. Bagi seseorang yang menyenangi bentuk dan warna bunga seperti ini, umumnya adalah seseorang yang menyenangkan, selalu bergembira dan penyayang. Kecenderungan awal memilih bunga yang berwarna hijau menggambarkan bahwa dirinya sangat simpatik, toleran membutuhkan pengertian dan toleransi orang lain terhadap keberadaannya. Selain itu juga seseorang tersebut mendambakan emosi yang stabil walau kadang kala sangat komunikatif dan bergembira terhadap orang lain dan senang menolong.

Indonesia merupakan penghasil minyak kenanga yang telah dikenal di mancanegara dengan nama Java Cananga Oil. Minyak ini mengandung kandungan kimia benzyl benzoat, cadinine, cincol, eugenol, farnesol, geraniol, isosafrole, safrole, limonen, linalool ester, methyl salicyte, dan lain-lain, yang terbuat dari bagian bunga dan kulit batangnya.

Dari ilmu aromaterapi, aroma bunga Kenanga tidak asing lagi untuk digunakan sehari-hari. Minyaknya mempunyai fungsi sebagai anti depresi, antiseptic, meningkatkan gairah, hypotensive dan sedative. Aroma bunga Kenanga dapat membantu menurunkan tekanan darah, dan menurunkan debaran detak jantung dengan cara membuat seseorang menjadi lebih rileks.

Bagi praktisi yoga atau meditasi rileksasi, penggunaan minyak ini dapat memperkuat chakra sacral yang terdapat di bagian tubuh sekitar perut. Pemijatan ringan menggunakan minyak Kenanga secara teratur dapat membantu masalah kesuburan dan impotent bagi organ reproduksi. Selain menstimulasi pikiran untuk lebih kreatif, sebagai minyak wangi, aroma kenanga akan bersifat sangat sensual sehingga membantu mengeluarkan inner beauty seseorang, rasa percaya diri hingga lebih feminim. Tetapi perlu diwaspadai jika menggunakannya terlalu banyak sehingga dapat membuat pusing dan rasa muak.

Data: Taken from www.ideaonline.com

Bisnis Harumnya Bunga Kenanga

Minyak atsiri dari bahan tanaman sejak lama telah menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia. Minyak atsiri dari kenanga salah satunya. Bunga tanaman ini kaya akan kandungan minyak yang dibutuhkan industri parfum, kosmetik, dan sabun. Sejauh ini, ada dua spesies kenanga yang biasa dibudidayakan di Indonesia, yaitu Canangium odoratum forma macrophylla (kenanga) dan Canangium odoratum forma genuina (kenanga ylang-ylang). Tinggi tanaman kenanga biasa mencapai dua metersampai tiga meter (MG). Sedangkan tinggi ylang-ylang 6 m-15 m. Menurut Boeing Angkasa, akrab disapa Boy, pemilik CV Cablinplantation, peluang di usaha ini masih terbuka meski pembudidaya kenanga sudah banyak. Sebab, pasokan masih jauh lebih kecil dari kebutuhan. Boy sendiri baru memasarkan produknya ke Amerika Serikat (AS) dan Prancis. Sementara di pasar lokal, pembudidaya kenanga di Madiun ini baru melayani pasar Jakarta, Medan, Jawa Tengah, dan Bali. Yang menarik, kata Boy, margin laba dari usaha ini bisa mencapai 60%.  Sebab, perawatan tanaman kenanga relatif mudah dan tidak membutuhkan modal besar. Sementara harga jualnya bagus. Maka itu, dalam sebulan, ia membukukan penjualan Rp 288 juta. Boy telah membudidayakan kenanga sejak 11 tahun silam. Pria berusia 29 tahun ini menanam kenanga itu di lahan seluas 20 hektare milik Perhutani. Total pohon kenanga yang ia tanam saat ini mencapai 100.000 pohon. Sekitar 45.000 di antaranya jenis kenanga ylang-ylang.

Boy memperoleh bibit awal dari rekannya di Thailand. Lalu, ia merperbanyak dengan cara stek. Namun, stek ini tidak bisa dilakukan sembarangan. Stek ia lakukan pada cabang pohon indukan yang batangnya cukup besar dan sudah berusia satu tahun. Setelah keluar akar, stek itu tinggal dipindahkan ke lahan. Agar bisa tumbuh dengan baik, stek ditanam di lubang ukuran 20 sentimeter (cm) x 20 cm x 20 cm. Menurut Boy, pemeliharaan tanaman ini tidak sulit. Kenanga tidak perlu pupuk khusus, daun-daun yang membusuk sudah cukup. Sementara, pengairan cukup mengandalkan air hujan. Tanaman ini juga kebal hama. Jika ada hama ulat cukup disemprot dengan cairan racikan daun delayan. Tanaman kenanga mulai berbunga setelah empat bulan. Adapun masa produktifnya sampai 10 tahun dan bisa dipanen setiap hari. Boy bisa menghasilkan empat ton bunga segar setiap hari atau 120 ton per bulan. Setiap lima kilogram bunga segar akan menjadi satu kilogram jika dikeringkan. Harga jual bunga segar Rp 5.000 per kilogram (kg), sementara harga bunga kering Rp 12.000 per kg. Indonesia sejak era tahun 60-an dikenal sebagai negara penghasil minyak atsiri terbesar di dunia terutama minyak atsiri nilam dan hingga sekarang minyak atsiri nilam dari Indonesia masih sangat dikenal di pasar dunia. Produk ini mempunyai orientasi export. Minyak atsiri nilam digunakan di industri parfum sebagai zat pengikat aroma dan perannya belum mampu digantikan oleh zat sintetis, sehingga kebutuhan minyak atsiri nilam di dunia besar sekali. Selain digunakan di industri parfum minyak atsiri nilam juga digunakan di industri kosmetik dan farmasi. Selain nilam, komoditas yang bisa diambil minyak atsirinya antara lain : daun cengkeh, bunga melati, serei dll, minyak atsiri dari komoditas ini digunakan untuk bahan di industri farmasi dan di manfaatkan untuk aroma terapi.

Sementara itu, minyak atsiri kenanga asal Desa Bendan, Banyudono, Kabupaten Boyolali, hingga sekarang produksinya menembus pasar Singapura, Prancis, Belanda, dan Amerika Serikat. Salah seorang pengrajin atsiri asal Desa Bendan, Mugimin H.T. di Boyolali, Jumat, mengatakan, minyak kenanga asal Bendan ini dijadikan bahan bibit minyak wangi. Sebelum diekspor, bibit itu diolah PT Jasula Wangi, Jakarta dan PT Simpati Raya, Semarang. Kerajinan minyak atsiri di Boyolali, kata dia, berdiri dan berproduksi sejak 1978 hingga sekarang. "Pada waktu itu dibina oleh pemerintah pusat dan provinsi," katanya. Semula, lanjut dia, kapasitas produksinya per tahun mencapai lima ton minyak, tetapi sekarang ini hanya sekitar dua ton per tahun. Ia mengakui, menurunnya produksi minyak kenanga ini disebabkan kurang tersedianya bahan baku bunga kenanga. Bahan baku ini harus mendatangkan dari Yogyakarta, Kabupaten Semarang, dan sejumlah daerah di Jawa Timur. Berdasarkan keterangan yang dihimpun di sentra kerajinan penyulingan minyak atsiri kenanga Desa Bendan, "Sido Mulyo" adalah satu-satunya pengrajin minyak atsiri kenanga yang hingga sekarang masih bertahan.

Mugimin lebih lanjut menjelaskan, setiap satu ton bunga kenanga bisa menghasilkan 15 kg minyak atsiri, dengan jangka waktu penyulingan tiga hari tiga malam. Harga minyak kenanga di pasaran, kata dia, berkisar antara Rp 210 ribu-Rp 215 ribu per kilogramnya, dan setiap tahunnya menghasilkan sekitar Rp 400 juta. Ia berharap, pengembangan tanaman kenanga digalakan kembali untuk meningkatkan produksi bunga kenanga, sehingga memudahkan pengrajin mencari bahan baku yang selama ini relatif cukup sulit, dan harganya relatif cukup mahal berkisar Rp2.000,00 s.d Rp2.200,00/kg. Medurut dia, apabila tersedia bahan baku bunga kenanga dan mudah mencarinya, maka akan merangsang pengrajin atsiri - yang sempat terhenti - untuk membuka usahanya kembali. Kerajinan minyak atsiri ini, kata dia, lebih baik dikembangkan dan dibina di desa tertinggal, karena masyarakatnya lebih ulet. "Apalagi didukung oleh kondisi lingkungan daerahnya, serta bahan bakar kayu yang harganya relatif murah," katanya.

Data: Taken from www.suarakarya.com